Aceh

Cuma di Aceh Besar! Rahasia Kelezatan Sie Reuboh, Kuliner Legendaris yang Bikin Ketagihan

Culinary Portal – Aceh tidak hanya dikenal karena sejarah dan budayanya yang kaya, tetapi juga karena ragam kulinernya yang menggoda selera. Salah satu kuliner warisan yang hingga kini masih bertahan adalah sie reuboh, sajian daging rebus khas Aceh Besar yang tidak hanya lezat namun juga sarat makna tradisi. Sie reuboh bukan sekadar daging direbus biasa, tetapi merupakan masakan yang diproses secara tradisional dengan cara yang sangat khas. Perpaduan bumbu sederhana seperti cabai, garam, kunyit, dan cuka enau menciptakan rasa asam pedas yang meresap hingga ke dalam daging. Keunikan lainnya terletak pada penggunaan belanga tanah yang dipertahankan selama proses memasak. Tidak menggunakan air, cairan yang dihasilkan berasal dari daging dan lemak sendiri. Proses pengolahan yang sabar dan telaten membuat aroma serta cita rasanya menjadi khas. Sajian ini menjadi menu utama saat momen penting seperti meugang dan bulan Ramadhan di Aceh Besar.

Tradisi Meugang Aceh Besar Tak Lengkap Tanpa Sie Reuboh

Di wilayah Aceh Besar, meugang adalah tradisi yang begitu sakral. Hari tersebut bukan sekadar momen membeli daging, melainkan momentum untuk menyatukan keluarga melalui hidangan khas yang kaya makna. Sie reuboh menjadi simbol utama pada hari ini, menyatukan rasa kebersamaan dalam sepiring daging pedas nan asam. Bahkan, beberapa masyarakat menyebutkan bahwa tanpa kehadiran sie reuboh, suasana meugang akan terasa hambar. Bukan hanya menjadi menu di hari besar, masakan ini juga sering digunakan sebagai bekal dalam perjalanan panjang. Daya tahannya yang luar biasa membuat sie reuboh pernah dijadikan logistik perang oleh para pejuang Aceh di masa lalu. Rasa yang kuat dan aroma khas dari cuka nipah membuat makanan ini tetap nikmat meski dipanaskan berkali-kali. Cita rasa yang tak lekang oleh waktu ini terus dijaga oleh generasi muda, meskipun keberadaannya mulai tergeser oleh kuliner populer lainnya di warung makan kota.

“Baca juga: Viral! Kunafa Kue Manis Timur Tengah Dicoba Willie Salim, Netizen Auto Penasaran”

Proses Memasak Sederhana dengan Hasil Rasa Luar Biasa

Meski memiliki rasa yang kompleks, proses memasak sie reuboh sesungguhnya tidaklah rumit. Berbeda dengan anggapan umum bahwa kuliner khas Aceh selalu sulit diolah, sie reuboh justru bisa dimasak dalam waktu relatif cepat. Waktu pengolahan hanya sekitar tiga puluh menit, dan bahan-bahannya pun mudah ditemukan. Daging yang digunakan bisa berupa has luar, has dalam, bahkan jeroan sapi atau kambing sesuai selera. Bumbu utama seperti cabai merah, cabai rawit, bawang, dan cuka enau menjadi pondasi rasa. Semua bahan cukup ditumis lalu direbus dalam belanga tanah tanpa tambahan air. Lemak yang meleleh akan menjadi media memasak utama. Setelah mengering, daging didiamkan semalaman lalu dipanaskan kembali esok harinya dengan tambahan cuka dan air hingga tekstur daging empuk. Aroma khas cuka akan semakin meresap, dan itulah momen yang ditunggu-tunggu dalam proses memasak kuliner legendaris ini.

“Simak juga: Misteri Rahasia Panjang Umur Li Ching Yuen, Diklaim Hidup Hingga 256 Tahun!”

Eksistensi Sie Reuboh di Tengah Dominasi Kuliner Modern

Seiring dengan perubahan gaya hidup dan selera masyarakat, eksistensi sie reuboh mulai mengalami penurunan. Di pusat kota seperti Banda Aceh, cukup sulit menemukan rumah makan yang masih menyajikan menu ini. Banyak restoran lebih memilih menyajikan menu seperti ayam tangkap atau ayam penyet yang lebih akrab di lidah kaum muda. Meski demikian, harapan belum sepenuhnya padam. Beberapa rumah makan tradisional di kawasan Lambaro, Aceh Besar, seperti Rumah Makan Delima Baru dan resto Ayam Tangkap Blang Bintang, tetap setia mempertahankan sie reuboh sebagai menu utama. Resep yang digunakan diwariskan secara turun-temurun, menjaga keaslian rasa agar tetap sama seperti puluhan tahun lalu. Setiap hari mereka mengolah hingga puluhan kilogram daging untuk memenuhi permintaan pelanggan setia. Bahkan, sie reuboh juga mulai dikenal oleh wisatawan asing yang penasaran dengan keunikan rasa dan tradisinya.

Kuliner Perang yang Kini Menjadi Warisan Kuliner Nusantara

Dulu, sie reuboh pernah menjadi andalan para pejuang Aceh dalam pertempuran. Karena sifatnya yang tahan lama dan tidak mudah basi, makanan ini sering dibawa ke medan perang sebagai bekal. Cukup dipanaskan kembali, maka rasanya tetap lezat seperti baru dimasak. Kini, sie reuboh bukan hanya makanan keluarga, tetapi telah menjadi bagian dari kekayaan kuliner Nusantara yang harus dilestarikan. Para pecinta kuliner tradisional mulai menggali kembali resep-resep lama ini untuk diperkenalkan ke generasi muda. Di era media sosial, kuliner seperti sie reuboh bisa menjadi daya tarik wisata gastronomi yang memperkuat identitas budaya lokal. Meski sederhana dalam penampilan, masakan ini menyimpan sejarah panjang, nilai tradisi, serta cita rasa khas yang menggoda. Dukungan dari berbagai kalangan diharapkan dapat menjaga agar kuliner ini tidak sekadar menjadi kenangan, tetapi terus hadir sebagai menu harian maupun sajian istimewa saat hari-hari penting.