Culinary Portal – Rawon adalah sup berwarna hitam dengan aroma khas yang membuat siapa pun sulit menolak kelezatannya. Sup ini disajikan dengan potongan daging sapi lembut, taoge segar, kerupuk udang renyah, dan telur asin yang gurih, biasanya disantap bersama nasi hangat serta sambal pedas. Rasa khasnya muncul dari campuran bumbu-bumbu tradisional seperti bawang merah, bawang putih, ketumbar, serai, lengkuas, garam, dan yang paling penting keluak. Keluak atau pucung adalah biji berwarna hitam yang menjadi kunci warna sekaligus cita rasa unik pada Rawon. Sup hitam ini dikenal luas sebagai black soup oleh masyarakat mancanegara. Tidak hanya dinikmati di Jawa Timur, Rawon juga sudah melintasi batas budaya dan diterima di berbagai daerah bahkan dunia. Kombinasi rasa gurih, segar, dan sedikit pahit ini menghadirkan pengalaman kuliner yang tak tertandingi. Tidak heran jika banyak orang rela antre untuk menikmatinya.
Sejarah Rawon dan Pengakuan Internasional yang Membanggakan

Rawon bukan hanya kuliner biasa melainkan juga peninggalan sejarah yang sarat makna. Melansir Seasia melalui laman National Geographic tahun 2020, Rawon dinobatkan sebagai sup paling enak di Asia dari 12 besar sup terenak versi TasteAtlas Award 2020. Penilaian ini berdasarkan suara 63.402 peserta voting dan kritikus restoran profesional. Penghargaan ini membuktikan bahwa Rawon adalah warisan budaya yang sudah diakui dunia. Jejak awal Rawon diperkirakan sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Data sejarahnya memang terbatas, tetapi beberapa naskah sastra Jawa Baru abad ke-18 seperti Serat Centhini sudah menyebut keberadaan masakan ini. Dalam Kakawin Bhomakaya juga tercatat istilah rarawwan yang menggambarkan makanan berkuah hitam kaya rempah yang mengenyangkan. Dengan prestasi internasional yang diperoleh, Rawon tidak hanya sekadar sup lokal melainkan juga simbol kuliner Nusantara yang membanggakan bangsa Indonesia di kancah global.
“Baca juga: Nggak Nyangka! Ternyata Begini Cara Bikin Kerapu Asam Manis Seenak Hotel Bintang Lima!”
Rawon Sebagai Warisan Zaman Kerajaan Majapahit
Banyak penelitian kuliner Nusantara menyebut bahwa sup khas berwarna hitam ini merupakan warisan kuliner dari era Kerajaan Majapahit. Dwi Kristiastuti, dosen Tata Boga Universitas Negeri Surabaya, menyatakan bahwa jejak sajian ini ditemukan dalam Prasasti Taji yang dikeluarkan pada tahun 901 Masehi oleh Rakryan i Watu Tihang pu Sanggramadurandara. Dalam prasasti tersebut dijelaskan adanya hidangan berkuah gelap dengan campuran rempah dan keluak. Cita rasa dari tiap daerah pun berbeda-beda, disesuaikan dengan karakter lokal namun tetap mempertahankan identitas dasarnya. Meski kini dikenal luas di wilayah Jawa Timur, sajian ini juga tercatat pernah hadir di sekitar Surakarta. Koleksi dari Istana Mangkunegaran Surakarta yang dikenal dengan nama Serat Wulangan Olah-olah Warna Warni memuat catatan resep serta cara pengolahan masakan tradisional Jawa termasuk sup berwarna gelap ini. Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa hidangan tersebut bukan hanya santapan biasa, melainkan bagian penting dari warisan sejarah yang masih hidup.
Resep Tradisional yang Bertahan dari Generasi ke Generasi
Keunikan Rawon terletak pada resep tradisionalnya yang bertahan selama berabad-abad. Perpaduan bumbu halus seperti keluak, bawang merah, bawang putih, ketumbar, cabai rawit, cabai merah besar, kemiri, jahe, dan kunyit menciptakan rasa khas yang sulit ditandingi. Ditambah dengan serai, daun jeruk, dan daun salam, kuah Rawon menjadi semakin harum dan menggugah selera. Proses memasaknya membutuhkan ketelatenan, dimulai dari merebus daging hingga empuk, mempersiapkan kaldu, lalu menumis bumbu halus hingga matang sebelum dicampurkan kembali ke dalam kuah. Sajian ini tidak hanya memanjakan lidah tetapi juga mencerminkan kekayaan rempah Nusantara. Pelengkap seperti taoge pendek, telur asin rebus, sambal terasi, dan kerupuk udang membuat pengalaman makan semakin sempurna. Kombinasi rasa gurih, pedas, dan segar membuat Rawon selalu menjadi menu favorit di berbagai acara keluarga maupun perayaan tradisional di Jawa Timur.
“Simak juga: Apakah Tan Malaka Komunis? Penelusuran Sejarah Ini Akan Bikin Kamu Terkejut!”
Rawon Sebagai Simbol Identitas Kuliner Nusantara
Di tengah gempuran kuliner modern, Rawon tetap menjadi simbol identitas kuliner Nusantara yang sulit tergeser. Sup ini bukan hanya sekadar makanan tetapi juga cerminan perjalanan panjang budaya dan sejarah Jawa Timur serta Indonesia secara keseluruhan. Resepnya terdokumentasi dalam berbagai naskah kuno seperti Serat Wulangan Olah-olah Warna Warni dan Olah-olahan Cara Jawi yang menunjukkan eksistensinya sejak lama. Keunikan Rawon terletak pada kemampuannya beradaptasi di berbagai daerah sambil mempertahankan cita rasa aslinya. Kini, Rawon tidak hanya dikenal di warung-warung tradisional tetapi juga hadir di restoran modern dan hotel berbintang. Kelezatan dan sejarahnya menjadikan Rawon lebih dari sekadar sajian makan, ia adalah warisan budaya yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Setiap sendok Rawon adalah rasa sejarah yang menyatu dengan kekayaan rempah Nusantara dan kebanggaan masyarakat Indonesia.