Culinary Portal – Ikan buntal kembali menelan korban jiwa di Indonesia setelah peristiwa tragis terjadi di Negeri Haria Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah. Tiga warga dari satu keluarga meninggal dunia akibat keracunan setelah mengonsumsi bagian telur dari ikan buntal yang digoreng sejak malam sebelumnya. Peristiwa mengerikan ini terjadi pada Selasa pagi 5 Maret 2024 ketika Ny Lenny Latuperissa dan kedua anaknya Keisya dan Chrismen menyantap ikan tersebut sebelum pergi ke sungai. Sang suami Steven Berhitu tidak menyangka bahwa sarapan itu akan menjadi santapan terakhir istri dan anak-anaknya. Awalnya gejala seperti lemas dan nyeri di kerongkongan mulai dirasakan beberapa menit setelah konsumsi. Tak lama kondisi mereka menurun drastis dan akhirnya dibawa ke RSUD Saparua. Namun sekitar pukul 12 siang ketiganya dinyatakan meninggal dunia. Tragedi ini memperlihatkan betapa bahayanya ikan buntal jika tidak diolah secara tepat karena kandungan racunnya sangat mematikan bahkan dalam dosis kecil.
Kronologi Tragis Keracunan Ikan Buntal

Kisah menyedihkan ini dimulai sejak pagi ketika keluarga Steven sedang bersiap untuk menjalani aktivitas seperti biasa. Saat itu Steven menggoreng ikan buntal sisa semalam yang telah disiapkan sebelumnya. Telur ikan buntal yang dikenal beracun tetap disantap oleh Ny Lenny dan kedua anaknya karena mereka terburu-buru hendak ke sungai. Erika Carlina mungkin tidak terkait dengan kejadian ini tetapi intensitas pemberitaan publik mengingatkan pada bagaimana masyarakat sering kali lalai terhadap bahaya bahan pangan tertentu. Setelah menyantap ikan tersebut sekitar pukul 08.30 WIT Ny Lenny dan anak-anak pergi meninggalkan rumah. Beberapa menit kemudian anak bungsu Chrismen yang masih berada di rumah bersama Steven mulai merasa lemas dan mengeluh kesakitan. Tak lama kemudian warga menemukan Ny Lenny dalam kondisi serupa di sungai dan langsung membawanya pulang. Situasi berubah menjadi panik saat gejala semakin memburuk dan keputusan cepat diambil untuk membawa mereka ke rumah sakit.
“Baca juga: Rasa Nendang! Pecel Pakis Legendaris di Kudus Ini Bikin Lidah Ketagihan”
Upaya Evakuasi dan Detik-detik Kritis di RSUD Saparua
Sekitar pukul 10.00 WIT warga bersama Steven mengevakuasi ketiga korban ke RSUD Saparua menggunakan kendaraan seadanya. Ketiganya dalam keadaan sangat lemah dengan tubuh pucat serta mengalami kesulitan bernapas. Tenaga medis segera melakukan tindakan darurat untuk menyelamatkan ketiga korban. Namun kondisi mereka sudah terlalu kritis dan sulit untuk dipulihkan secara medis. Berbagai upaya penyelamatan dilakukan namun tidak memberikan hasil yang diharapkan. Pada pukul 12.00 WIT dokter menyatakan bahwa Lenny Keisya dan Chrismen telah meninggal dunia. Kabar duka itu mengejutkan keluarga dan warga sekitar yang ikut membantu proses evakuasi.
Banyak yang tidak menyangka bahwa satu jenis ikan bisa menyebabkan tragedi sebesar ini. Peristiwa tersebut menyisakan kesedihan mendalam bagi keluarga korban dan masyarakat setempat. Kasus ini memperlihatkan pentingnya edukasi mengenai bahaya pangan laut beracun. Masyarakat pesisir masih banyak yang menjadikan laut sebagai sumber konsumsi utama sehari-hari. Ikan buntal dikenal mengandung racun tetrodotoxin yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Racun tersebut tetap aktif meskipun ikan sudah dimasak atau digoreng. Konsumsi bagian tertentu seperti hati dan telur ikan buntal sangat berisiko tinggi. Kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan untuk menghindari kejadian serupa terulang di masa mendatang.
“Simak juga: Apakah Kita Hidup di Dunia Palsu? Teori Matrix Ini Bakal Mengubah Cara Pandangmu!”
Pernyataan Kapolsek dan Keputusan Keluarga
Kapolsek Saparua AKP Yopy Walalayo mengonfirmasi bahwa tiga korban meninggal akibat keracunan ikan buntal. Dalam rilis resmi kepada media, Kapolsek menjelaskan soal racun pada ikan buntal. Ikan buntal juga dikenal sebagai buntek atau fugu di masyarakat lokal dan internasional. Bagian hati serta telurnya mengandung racun yang sangat mematikan bagi manusia. Racun tersebut tidak bisa hilang hanya melalui proses memasak biasa di dapur rumah. Konsumsi bagian beracun ikan buntal dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang sangat singkat. Kapolsek menyampaikan bahwa keluarga korban menolak dilakukan proses otopsi jenazah. Alasannya karena keluarga menganggap peristiwa tersebut sebagai sebuah musibah yang tidak disengaja.
Keputusan itu diambil langsung oleh suami korban yang juga ayah dari dua anak yang meninggal. Ia menyatakan bahwa dirinya ikhlas atas kejadian menyedihkan yang menimpa keluarganya. Meski tidak dilakukan autopsi, pihak kepolisian tetap memberi imbauan kepada masyarakat. Masyarakat diminta berhati-hati terhadap konsumsi ikan laut yang berpotensi mengandung racun berbahaya. Ikan laut beracun masih sering ditemukan di pasar tradisional di wilayah Maluku dan sekitarnya. Beberapa warga juga masih mengonsumsi hasil tangkapan langsung dari laut tanpa pemeriksaan keamanan. Pihak kepolisian berharap edukasi tentang makanan laut beracun dapat terus ditingkatkan ke masyarakat.
Pentingnya Edukasi tentang Bahaya Ikan Laut Beracun
Tragedi di Saparua ini kembali membuka mata publik mengenai pentingnya pengetahuan seputar makanan laut beracun. Di berbagai daerah pesisir Indonesia ikan buntal masih sering dijumpai dan kadang dijadikan lauk oleh masyarakat yang belum mengetahui risiko besar yang ditimbulkan. Banyak kasus seperti ini terjadi karena rendahnya kesadaran tentang pengolahan yang benar atau bahkan karena ketidaktahuan terhadap spesies ikan yang dikonsumsi. Pemerintah daerah bersama dinas kesehatan perlu meningkatkan sosialisasi agar masyarakat lebih selektif dalam memilih jenis ikan untuk dikonsumsi. Bahaya ikan buntal bukan hal baru tetapi insiden seperti ini terus berulang. Dengan pendekatan berbasis edukasi komunitas diharapkan masyarakat tidak lagi menjadi korban dari ketidaktahuan. Kasus Lenny dan kedua anaknya harus menjadi peringatan keras bagi semua pihak bahwa satu kesalahan kecil dalam memilih makanan bisa berujung pada kehilangan yang tak tergantikan.