Roma

Biskuit Roma Diduga Gagal QC! Siswa Temukan Krim ‘Seupil’, Mayora Diminta Klarifikasi

Culinary Portal – Roma kembali menjadi sorotan publik setelah sebuah video singkat dari siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Kolaka viral di media sosial. Dalam rekaman berdurasi 25 detik tersebut para siswa memperlihatkan isi biskuit Roma yang dinilai jauh dari ekspektasi. Video yang telah ditonton lebih dari satu juta kali memicu komentar pedas dari warganet. Mereka menilai kualitas produk tidak sesuai dengan kemasan menarik. Banyak netizen menilai krim pada biskuit terlihat sangat sedikit. Istilah krim Seupil muncul untuk menggambarkan porsi yang dianggap minim. Kritikan yang terus bermunculan membuat publik mempertanyakan pengawasan kualitas produk. Mayora selama ini dikenal sebagai produsen makanan besar di Indonesia. Fenomena ini menjadi contoh konsumen semakin berani menyampaikan kekecewaan mereka. Media sosial digunakan untuk menuntut tanggung jawab dari perusahaan besar.

Siswa Kolaka Bongkar Isi Biskuit Roma

Dalam video yang diunggah ke akun media sosial terlihat para siswa membuka kemasan biskuit Roma dan memperlihatkan lapisan krim di dalamnya. Mereka membandingkan gambar di kemasan dengan kondisi asli yang tampak sangat berbeda. Rasa kecewa disampaikan dengan nada bercanda namun pesan yang muncul sangat serius karena konsumen merasa tidak mendapatkan porsi sesuai janji produk. Kritikan ini bukan hanya tentang rasa melainkan juga kepercayaan terhadap merek yang sudah lama hadir di pasar. Warganet yang menonton video itu segera memberikan komentar beragam mulai dari saran perbaikan hingga tuduhan kelalaian pengawasan. Bahkan beberapa komentar menyebut bahwa jika praktik semacam ini dibiarkan maka kepercayaan terhadap merek Roma bisa menurun dan merugikan konsumen secara luas.

“Baca juga: Resep Bolu Meranti Medan, Rahasia Kelembutan yang Bikin Ketagihan!”

Netizen Ramai Soroti Quality Control

Reaksi warganet semakin ramai setelah akun @infoboga.id membagikan ulang video tersebut. Banyak komentar menyinggung kinerja Quality Control perusahaan yang dianggap tidak teliti dalam memastikan kesesuaian isi dengan kemasan. Beberapa netizen bahkan menduga adanya pengaturan mesin yang sengaja dibuat untuk mengurangi porsi krim demi menekan biaya produksi. Kalimat sarkastik bermunculan dan mengajak pihak berwenang untuk memeriksa proses produksi. Ada pula yang mengingatkan bahwa perlindungan konsumen telah diatur dalam undang undang sehingga perusahaan dapat dimintai pertanggungjawaban. Diskusi ini menunjukkan bahwa publik semakin kritis dan peka terhadap detail kecil pada produk makanan ringan. Kritik yang awalnya muncul dari siswa sekolah kini berkembang menjadi pembicaraan nasional yang memicu tekanan besar bagi pihak produsen.

“Simak juga: Keanu Reeves dan Sandra Bullock Comeback! Bersatu di Film Thriller Romantis Paling Ditunggu”

Mayora Berikan Tanggapan Resmi

Melalui akun resmi perusahaan pihak Mayora menyampaikan ucapan terima kasih atas masukan dari konsumen dan berjanji akan melakukan investigasi internal. Tim khusus disebut sedang menelusuri proses produksi untuk memastikan apakah masalah yang viral tersebut benar terjadi di pabrik. Pernyataan ini disambut dengan beragam tanggapan dari publik sebagian mengapresiasi langkah cepat perusahaan sementara yang lain menuntut bukti nyata berupa perbaikan kualitas. Reputasi Mayora sebagai produsen makanan dan minuman besar membuat setiap keluhan konsumen menjadi perhatian luas. Produk yang selama ini dikenal luas seperti Energen Torabika Astor dan Kopiko ikut terseret dalam perbincangan karena publik menilai konsistensi kualitas harus dijaga di seluruh lini.

Pelajaran bagi Industri FMCG

Kasus krim Seupil pada biskuit Roma menjadi peringatan penting bagi seluruh pelaku industri barang konsumsi cepat saji. Konsumen kini memiliki kekuatan besar melalui media sosial untuk menyuarakan ketidakpuasan. Perusahaan yang selama ini mengandalkan citra merek tidak bisa lagi mengabaikan detail kecil pada produk karena setiap kelalaian dapat langsung terekspos. Fenomena ini juga menekankan pentingnya pengawasan internal yang ketat dan transparansi kepada publik. Bagi Mayora momentum ini dapat menjadi peluang untuk memperkuat hubungan dengan konsumen melalui perbaikan nyata di lini produksi. Jika langkah korektif dilakukan dengan cepat kepercayaan publik dapat dipulihkan namun jika diabaikan dampaknya bisa merugikan citra perusahaan dalam jangka panjang.