Durian

6 Alasan Bule Benci Durian, Nomor 3 Bikin Geleng-Geleng!

Culinary Portal – Durian sering dijuluki raja buah di Asia Tenggara dan selalu menjadi topik kontroversi yang menarik perhatian banyak orang. Dengan kulit berduri serta aroma khas yang sangat kuat durian menjadi primadona di Indonesia Malaysia dan Thailand. Namun sebagian besar orang asing atau bule justru menganggap buah ini sebagai sesuatu yang sulit untuk diterima. Perbedaan budaya selera dan pengalaman kuliner tampaknya menjadi penyebab utamanya. Sementara pecinta durian memandang aroma dan rasa buah ini sebagai sesuatu yang menggugah selera bule justru kerap menilai sebaliknya. Fenomena penolakan ini menjadi menarik karena memperlihatkan bagaimana preferensi rasa terbentuk dari lingkungan dan kebiasaan sejak kecil. Artikel ini akan membahas enam alasan utama mengapa durian tidak disukai oleh banyak bule mulai dari aromanya yang menyengat hingga faktor budaya yang membentuk cara pandang mereka.

Aroma yang Menyengat

Salah satu alasan terkuat mengapa bule tidak menyukai durian adalah karena aromanya yang dianggap terlalu menyengat dan mengganggu. Pecinta durian menyebut bau itu harum serta menggugah selera makan tetapi bagi orang yang tidak terbiasa baunya kerap dibandingkan dengan sampah busuk kaus kaki basah hingga bahan kimia. Reaksi ekstrem sering muncul dari bule ketika mereka mencium aroma durian untuk pertama kalinya. Banyak hotel dan transportasi umum di Asia Tenggara bahkan melarang masuknya durian karena khawatir mengganggu kenyamanan pengunjung lain. Larangan itu membuat citra buah ini semakin kontroversial di mata orang asing. Aroma yang dianggap nikmat oleh sebagian orang ternyata bisa menjadi alasan penolakan yang kuat bagi kelompok lain yang merasa terganggu karenanya.

“Baca juga: Cuma Butuh 10 Menit! Begini Cara Masak Solterito de Quinua Ala Peru yang Lagi Hits”

Rasa yang Kompleks

Durian juga dikenal memiliki rasa yang sangat kompleks sehingga membuat bule kesulitan untuk menikmatinya. Banyak orang menggambarkan rasa durian sebagai perpaduan manis gurih sedikit pahit dan berlemak yang bercampur jadi satu. Pecinta durian menganggap kombinasi ini sebagai keunikan luar biasa tetapi bagi lidah bule rasa tersebut terasa membingungkan bahkan berlebihan. Mereka yang terbiasa dengan buah berasa segar sederhana seperti apel atau anggur sering kali menilai rasa durian tidak masuk akal. Ketika pertama kali mencicipi tidak jarang bule langsung merasa mual atau menolak untuk melanjutkan gigitan kedua. Bagi mereka rasa durian bukan sekadar tidak enak tetapi terasa seperti serangan rasa yang berlebihan. Inilah sebabnya mengapa banyak orang asing sulit mengapresiasi rasa kompleks yang ditawarkan buah ini.

Tekstur yang Membingungkan

Selain aroma dan rasa tekstur durian juga menjadi alasan penolakan bagi banyak bule. Daging buah durian lembut berlemak dan agak lengket sehingga menimbulkan sensasi berbeda dari buah lain yang biasa mereka konsumsi. Buah seperti apel anggur atau pir yang renyah lebih familiar di lidah dan mulut mereka. Ketika mencoba durian tekstur lembutnya membuat sebagian orang asing merasa aneh bahkan tidak nyaman. Perpaduan antara rasa kompleks dengan tekstur berlemak itu menimbulkan kebingungan pada mereka yang tidak terbiasa. Pecinta durian mungkin menganggap tekstur tersebut sebagai kenikmatan utama karena terasa kaya dan lembut. Namun bagi bule hal ini justru menjadi penghalang utama dalam menikmati buah yang populer di Asia Tenggara. Perbedaan persepsi ini membuktikan bahwa tekstur memainkan peran penting dalam selera makanan seseorang.

“Simak juga: Sinopsis Jujutsu Kaisen: Hidden Inventory – Rahasia Kelam Gojo dan Geto Terungkap di Film Ini”

Faktor Budaya dan Asosiasi Negatif

Durian tidak hanya ditolak karena rasa dan aromanya tetapi juga karena faktor budaya serta asosiasi negatif yang melekat padanya. Tayangan televisi vlog dan konten media sosial sering menampilkan reaksi ekstrem orang asing ketika mencoba durian seperti ekspresi jijik atau muntah. Gambaran tersebut memperkuat stigma buruk di kalangan bule yang belum pernah mencoba secara langsung. Selain itu di negara Barat buah ini jarang ditemui sehingga mereka tumbuh tanpa pengalaman positif terhadap durian. Kebiasaan makan sejak kecil membentuk selera sehingga sulit menerima sesuatu yang asing dan memiliki reputasi buruk. Bahkan ketika peluang mencoba muncul banyak bule sudah terpengaruh dengan cerita negatif dari media atau teman. Hal ini membuat mereka semakin enggan untuk menerima durian sebagai bagian dari pengalaman kuliner mereka.

Ketakutan Terhadap Hal Baru

Banyak bule menolak durian bukan hanya karena rasa aroma atau teksturnya tetapi juga karena ketakutan mencoba hal baru. Durian dengan penampilan berduri aroma menyengat dan rasa kompleks menciptakan kesan menakutkan bagi mereka yang tidak terbiasa. Ketika rasa penasaran tidak cukup besar rasa takut itu lebih mendominasi dan membuat mereka menolak mencoba. Padahal beberapa orang asing yang akhirnya berani mencicipi berulang kali justru mulai menyukainya. Hal ini menunjukkan bahwa penolakan sering kali berasal dari rasa takut pada sesuatu yang berbeda bukan sekadar faktor rasa. Preferensi makanan memang sangat personal dan dipengaruhi budaya pengalaman serta keberanian untuk mengeksplorasi. Durian yang dianggap momok bagi banyak bule sebenarnya bisa menjadi favorit jika kesempatan untuk mencoba tanpa prasangka diberikan secara konsisten.